Selasa, 03 Mei 2016

Koordinasi Dunia Pendidikan dan Industri




BAB I
PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang

Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk pembangunan. Derap langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan persoalan-persoalan baru yang tidak pernah terpikirkan sebelumnya. Mengenai masalah pedidikan, perhatian pemerintah kita masih terasa sangat minim. Gambaran ini tercermin dari beragamnya masalah pendidikan yang makin rumit. Kualitas siswa masih rendah, pengajar kurang profesional, biaya pendidikan yang mahal, bahkan aturan UU pendidikan kacau. Dampak dari pendidikan yang buruk itu, negeri kita kedepannya makin terpuruk. Keterpurukan ini dapat juga akibat dari kecilnya rata-rata alokasi anggaran pendidikan baik di tingkat nasional, propinsi, maupun kota dan kabupaten.

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sehingga dalam melaksanakan prinsip penyelenggaraan pendidikan harus sesuai dengan tujuan pendidikan nasional yaitu; mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Proses pendidikan digunakan evaluasi, akreditasi dan sertifikasi untuk memantau perkembangan pendidikan. Evaluasi dilakukan dalam rangka pengendalian mutu pendidikan secara nasional sebagai bentuk akuntabilitas penyelenggara pendidikan kepada pihak-pihak yang berkepentingan. Salah satu bentuk evaluasi pendidikan adalah dengan diadakannya ujian nasional baik di jenjang SD/MI, SMP/MTs dan SMA/MA.
Pembelajaran merupakan jantung dari proses pendidikan dalam suatu institusi pendidikan. Kualitas pembelajaran bersifat kompleks dan dinamis, dapat dipandang dari berbagai persepsi dan sudut pandang melintasi garis waktu. Pada tingkat mikro, pencapaian kualitas pembelajaran merupakan tanggung jawab profesional seorang guru, misalnya melalui penciptaan pengalaman belajar yang bermakna bagi siswa dan fasilitas yang didapat siswa untuk mencapai hasil belajar yang maksimal. Pada tingkat makro, melalui sistem pembelajaran yang berkualitas, lembaga pendidikan bertanggungjawab terhadap pembentukan tenaga pengajar yang berkualitas, yaitu yang dapat berkontribusi terhadap perkembangan intelektual, sikap, dan moral dari setiap individu peserta didik sebagai anggota masyarakat.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap proses pembelajaran, baik secara eksternal maupun internal diidentifikasikan sebagai berikut. Faktor-faktor eksetrnal mencakup guru, materi, pola interaksi, media dan teknologi, situasi belajar dan sistem. Masih ada pendidik yang kurang menguasai materi dan dalam mengevaluasi siswa menuntut jawaban yang persis seperti yang ia jelaskan. Dengan kata lain siswa tidak diberi peluang untuk berfikir kreatif. Guru juga mempunyai keterbatasan dalam mengakses informasi baru yang memungkinkan ia mengetahui perkembangan terakhir dibidangnya (state of the art) dan kemungkinan perkembangn yang lebih jauh dari yang sudah dicapai sekarang (frontier of knowledge). Sementara itu materi pembelajaran dipandang oleh siswa terlalu teoritis, kurang memanfaatkan berbagai media secara optimal (Anggara, 2007:100).
Pengaruh nyata dan mudah dilihat Dari sektr industry terhadap sector pendidikan  ialah adanya kecenderungan untuk menyusun dan menerapkan kurikulum serta materi pelajaran disekolah maupun universitas agar sesuai dengan kebutuhan sector industry. Apa yang dimaksud dengan pembiasan fungsi  (vocational bias) pendidikan dimaksudkan agar tujuan pendidikan dapat mengarahkan siswanya untuk memiliki persiapan didalam bekerja. Pihak industriawan atau pengusaha mengehndaki suatu metode pendidikan yang memungkinkan lulusan sekolah atau perguruan tinggi menjadi tenaga kerja yang langsung siap pakai.
        Beberapa jenis sekolah telah menerapkan suatu vocational bias tertentu. Sekolah teknik yang siswanya kurang lebih berjumlah 6% dari seluruh siswa  dari tingkat menengah pertama, diarahkan untuk menghasilkan tenaga kerja terampil bagi pekerjaan manual maupun nonmanual
Namun diantara sekian banyak sekolah menengah pertama yang modern di Sheffield, Carter  (1962) menemukan  bahwa sejumlah  pelajaran praktis yang merupakan vocational bias tidak ditujukan untuk mengarahkan  para siswanya terhadap  jenis-jenis pekerjaan tertentu, tetapi pelajaran tersebut digunakan untuk mengarahkan dan menyesuaikan bakat dan kemauan siswanya dengan pekerjaan local ditempat tersebut.
        Orang yang percaya bahwa pendidkan berfungsi mempersiapkan siswa untuk terjun langsung ke dunia kerja telah mendorong mereka untuk menganggap sekolah sebagai  sarana  mendapatkan pekerjaan yang lebih baik. Ia juga akan mendorong sekolah-sekolah untuik menyusun materi pelajaran yang secara lebih menarik dan terkait langsung dengan kehidupan sehari-hari. Ia juga akan membantu memecahkan problema yang terjadi pada saat transisi dari sekolah menuju pekerjaan.
1.2  Rumusan Masalah
1.      Bagaimana pengaruh dunia pendidikan terhadap perkembangan industri
2.      Bagaimana upaya pemerintah menciptakan dunia pendidikan yang akan berdampak baik terhadap dunia kerjanya kelak ?


BAB II
Telaah Literatur
Teori Pemilihan Kerja
Musgrave telah melangkah maju dengan konsepnya tentang teori pemilihan kerja. Dalam teorinya dia menyatakan :
“Peninjauan terhadap masalah sosialisasi adalah suatu hal yang sangat penting. Pada setioap tahap sosialisasi, terjadi suatu masa transisi yang terjadi pada setiap pergantian tahap sosialisasi . dengan mellihat kkemampuan seorang pemuda untuk melakukan proses sosialisasi atau kemampuannya beradaptasi dengan pekerjaan beserta lingkungan kerjanya,. Kita bisa menyatakan apakah pemuda itu berhasil atau tidak dalam menentukan pilihannya”
 Dilain pihak, Ford dan Box mengajukan kritik  terhadap Musgrave dengan menyatakan bahwa  :
“Dapat dipastikan, bahwa masa transisi dari dunia sekolah ke dunia kerja didalam kasus dimana anak-anak berumur 15 tahun sudah berhenti sekolah tidak dapat diuraikan sebagai suatu proses memilih seccara keseluruha. Anak-anak tersebut tidak tahu tentang keseluruhan masalah pekerjaan yang ditawarkan kepada mereka, dan sama sekali tidak mempunyai criteria untuk membedakan satu pekerjaan dengan pekerjaan loinnya. Dua teori yang terkenal tentang masa memasuki dunia kerja adalah teori Ginzberg dan super, kedua teori itu menyatakan bahwa kita harus menganggap masuknya orang dalam dunia kerja sebagai suatu proses”









BAB III
Pembahasan

PENGARUH PENDIDIKAN TERHADAP PERKEMBAN INDUSTRI
Jika kita bicara soal kesempatan kerja, maka di negara kita jika ada satu pekerjaan maka diperkirakan ada seribu orang yang akan melamar. Dari seribu orang itu mungkin hanya sekitar seratus orang yang memenuhi persyaratan administrasi dan lulus test psikologi. Intinya begitu besar “gap” atau perbedaan antara “Supply and Demand” ,antara persyaratan kerja dengan mereka yang memenuhi kualifikasi persyaratan kerja tersebut.
Hasil dari dunia pendidikan berupa lulusan SMK atau Politeknik yang memang dipersiapkan untuk segera memasuki dunia kerja masih jauh dari harapan. Ada beberapa sekolah kejuruan atau politeknik yang lulusannya langsung dapat masuk kepasar kerja. Mereka mempunyai peralatan latihan kerja yang memadai, biasanya merupakan proyek percontohan atau bekerjasama dengan industri tertentu. Sekolah kejuruan dan politeknik yang berjalan tanpa menyediakan peralatan latihan kerja yang memadai, akan ketinggalan teknologi dan lulusannnya masih harus dibekali dengan ketrampilan untuk dapat memenuhi standard industri.
Pada negara lain yang sudah maju masih terdapat juga masalah “link and Match” antara keluaran dari pendidikan dengan kebutuhan dunia industri. Bedanya setiap tahun besarnya “gap” itu semakin diperkecil dengan selalu mengevaluasi dan memperbaiki sistem pendidikannya. Jepang saja sebagai negara industri yang sangat maju masih ada “mis-match” dalam penempatan tenaga kerjanya.Hal ini diatasi dengan memberikan kesempatan bagi pencari kerja angkatan muda untuk melaksanakan program magang. Dengan magang di industri atau di UKM (Usaha Kecil Menengah), dan mendapatkan uang saku yang memadai, maka ketrampilan bekerja seseorang menjadi meningkat.
 Pendidikan serta berbagai latihan keterampilan atau kejuruan yang ada didalam perusahaan merupakan refleksi atau perluasan dari tujuan dan nilai-nilai yang terkandung didalam pendidikan yang akan disampaikan kepada masyarakat luas.
1.      Sistem Magang
        Sejak abad pertengahan, system magang sudah dikenal baik dalam dunia perdagangan maupun industry. System magang  memiliki sifat paternalistic, yang menggambarkan hubungan bapak dengan anakny, antara seorang mekanik berpengalaman dengan seorang pekerja pemula. Walaupun sudah berusia lebih dari 20 tahun, penelitian Williams (1957) mengenai system magang ternyata masih cukup relevan dengan situasi dan kondisi sekarang.
2.      Day – release dan Sandwich course
        Day release berarti  bahwa seorang  pekerja mula yang baru masuk mendapatkan hari bebas dari pekerjaannya, biasanyya sehari dalam satu minggu kerja yang harus digunakan untuk mengikuti kursus pada berbagai jenis lembaga pendidikan teknik. Ada tingkatan kursus yang dapat diikuti oleh seorang pekerja , yaitu : pertama kursus untuk menduduki jabatan professional, kedua kursus untuk menjadi teknisi dan ketiga  untuk menduduki jabatan sebagai tenaga mekanik. Sandwich courses, merupakan suatu system pendidikan atau latihan dimana seorang karyawan bekerja dan belajar secara berselang-seling.
        Suatu penelitian yang telah dilakukan oleh Cotgrove dan Fuller (1972) menyatakan bahwa pengaruh Sandwich  courses terhadap posisi pekerjaan atau jabatan, sosialisasi dan proses pemilihan pekerjaan sangat kecil sekali. Satu-satunya kekuatan sandwich courses adalah kemampuannya untuk meningkatkan motivasi, prestasi dan kecakapan para pekerja.

3.      Tenaga Kerja dan Pendidikan
Sampai dengan masa perang dunia I, dalam dunia industry terdapat tiga macam kelompok kerja, yang semuanya berkaitan  dengan berbagai  tingkatan dalam perkembangan teknologinya.
Ketiga macam kelompok itu ialah :
1.       Unskilled manual  (tenaga kerja tidak terampil)
2.       Skilled manual (tenaga kerja terampil)
3.       Personal administration  dan komersial

Dalam tahun-tahun akhir ini, tenaga kerja untuk skilled semakin kurang diperlukan, akan tetapi jumlah personal administrasi dan komersial semakin lama semakin b Sar. Perbedaan antara tenaga kerja  manual dan non manual, yang dalam istilah lama disebut pekerja otot dan pekerja otak semakin lama semakin kabur. Kita sekarang sedang melangkah menuju suatu  masa diman dunia buruh sebagian besar terdiri dari berbagai tingkatan tenaga kerja setengah  terampil dan teknisi terlatih.
Dengan diperkenalkannya mesin-mesin baru beserta teknologinya telah mengakibatkan  kenaikan  tajam dalam kecepatan mobilitas jabatan atau perpindahan posisi kerja, dan juga menimbulkan konsekuensi khusus yaitu perlunya pendidikan atau latihan bagi parapekerja.
Rangkaian hubungan lainnya antara industry dan pendidikan adalah adanya kecenderungan  dalam berbagai perusahaan besar untuk menghimbau para pekerja seniornya memasukkan putra-putra mereka kesekolah umum.
4.      Sekolah dan Pekerjaan
Masalah transisi dari dunia sekolah memasuki dunia kerja akan menimbulkan dua macam masalah  yaitu : aspirasi dan harapan calon pekerja yang baru saja menyelesaikan studinya berkaitan dengan dunia kerja yang akan dimasukinya, dan yang kedua adalah proses pemilihan pekerjaan
Sekolah memberikan suatu bayangan atau gambaran dari bentuk pekerjaan yang akan didapatkan  oleh seseorang. Di sekolah para siswa mendapatkan suatu informasi tentang berbagai pekerjaan yang bisa dan akan mereka lakukan, walaupun mungkin  informasi tersebut  tidak bersifat langsung bila sekolah yang dimasukinya sekolah ilmu-ilmu social
Berbagai penelitian untuk mengetahui bagaimana anak-anak sekolah  dan para pekerja  muda didalam memandang berbagai aspek  dunia kerja, telah banyak  dilakukan oleh para ahli.  Penelitian yang dilakukan oleh Musgrave (1966) terhadap sejumlah siswa dan siswi  yang berumur antara 14 sampai dengan 20 tahun  diwilayah industry di Inggris utara, telah memperlihatkan bahwa sebagian besar mereka  menganggap bahwa pekerjaan  hanyalah  sebagai alat untuk mencapai tujuan hidupnya, tetapi sebagian kecil lainnya beranggapan bahwa justru sekolahlah yang merupakan alat untuk mendapatkan pekerjaan, karena ia dianggap sebagai tujuan akhir.
        Maizels (1970) mengambil suatu kesimpulan dari hasil penelitian terhadap sejumlah siswa di Willlesden, salah satu bagian  kota London yaitu adanya suatu kepincangan dalam hubungan antara aspirasi dan harapan anak-anak muda disatu pihak, dengan apa yang telah dilakukan oleh berbagai badan pelayanan masyarakat termasuk perusahaan industry dilain pihak.
        Sebagian persiapan memasuki dunia kerja, biasanya pihak sekolah memilih sekelompok siswa yang sudah senior untuk melakukan kunjungan keperusahaan untuk mendapatkan pengetahuan praktis dari kegiatan kerja diperusahaan yang dikunjunginya. Hal ini akan memberikan gambaran yang cukup baik bagi para siswa mengenai ruang lingkup pekerjaan yang akan dimasukinya serta cukup berpengaruh terhadap proses pemilihan pekerjaan yang akan dilakukannya.
Penyelarasan pendidikan dengan kebutuhan dunia usaha dan dunia industri, argumen untuk  yang mengomentari adalah  Sekolah tidak dapat lagi kita pikirkan sebagai suatu lembaga sosial yang berdiri sendiri, terlepas dari lembaga-lembaga sosial lain. Sekolah harus kita pandang sebagai suatu bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat yang ada di sekitarnya, baik masyarakat lokal, maupun masyarakat daerah atau masyarakat nasional.





BAB IV
Penutup

4.1  Kesimpulan
 Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi berdampak pada perubahan tuntutan dunia kerja terhadap sumber daya manusia yang dibutuhkan. Pendidikan mempunyai pengaruh penting bagi industry di Indonesia. Oleh karena itu pengembangan kurikulum di pendidikan tinggi harus bisa mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, sehingga mampu memberikan pengalaman belajar kepada peserta didik sesuai dengan standar kompetensi dan tuntutan dunia usaha dan dunia industri. Sebagai realisasi di dalam memenuhi tuntutan dunia kerja tersebut, maka dalam perancangan kurikulum pendidikan mengacu pada karakteristik pendidikan yang dibutuhkan. Kerjasama yang harmonis antara dunia pendidikan dan industri memiliki peran untuk menyiapkanlulusannya agar siap bekerja, baik bekerja secara mandiri (wiraswasta) maupun mengisi lowongan pekerjaan yang ada.
Berdasarkan pengamatan dapat disimpulkan bahwa pendidikan kejuruan yang saat ini berhasil dikembangkan adalah yang mengacu pada tuntutan dunia kerja, yaitu dunia usaha dan dunia industri yang berkembang di masyarakat. Sedangkan, di level pendidikan tinggi, kerjasama antara dunia pendidikan dan industri belum optimal. Alangkah baiknya jika kerjasama yang harmonis antara perusahaan dengan tenaga kerjany dalam dunia industri, dapat pula diterapkan bagi tingkat pendidikan tinggi dengan dunia industri. Hal ini menjadi tantangan berbagai pihak yang terkait seperti dinas pendidikan, dinas tenaga kerja, lembaga pendidikan, dan dunia industri dalam mewujudkan kerjasama yang terintegrasi sehingga dapat mencetak lulusan-lulusan perguruan tinggi yang berkualitas dan siap pakai di dunia industri.

                                                                                                               


Daftar Pustaka

http://indosdm.com/link-and-match-keterkaitan-dunia-industri-dan-dunia-pendidikan
http://dgi-indonesia.com/beberapa-permasalahan-dalam-perkembangan-pendidikan-tinggi-dkv-di-indonesia/ 
http://www.academia.edu/3571217/Peran_Industri_dalam_Pendidikan_Kejuruan
http://karya-ilmiah.um.ac.id/index.php/ASP/article/view/15275

Tidak ada komentar:

Posting Komentar