Koperasi dalam memasuki Pasar Oligopoli,
Bagaimana Mekanismenya ?
Strategi dasar bagi
koperasi menggunakan harga sebagai parameter kegiatan (‘senjata’) dan
persaingan non-harga (melalui pengurangan / reduksi biaya, diferensiasi produk,
kualitas, dan laim-lain). Suatu koperasi dapat menggunakan persaingan harga
aktif dalam pasar oligopoli. Harga dapat dikurangi dalam jumlah yang cukup
besar. Jika suatu koperasi mengikuti aturan harga (AC=AR), koperasi dapat
secara drastis memperoleh profit perusahaan pesaing. Dengan kebijakan harga aktif
koperasi, koperasi menciptakan insentif yang kuat bagi para pesaingnya untuk
menyapu bersih koperasi yang baru masuk.
I. Penurunan
Harga yang bersifat Predator
Koperasi yang baru memasuki pasar akan
bersaing dengan perusahaan lain yang sudah mapan. Oleh karena itu, koperasi
harus melakukan kebijakan harga dengan penurunan harga yang bersifat
‘predatory’, yaitu menjual produk pada suatu harga di bawah rata-rata, walaupun
mengalami kerugian. Kerugian akan ditutup oleh keuntungan sebagai monopoli yang
ditumpuk selama masa harga tinggi sebelum masa prakoperasi.
II. Price
Leadership
→salah satu bentuk persekongkolan (collusion)
yang tidak resmi. Hal ini terjadi jika harga dari suatu perusahaan berubah,
maka akan diikuti perusahaan lainnya dalam pasar tersebut.
Jenis Price Leadership :
1. Kepemimpinan
oleh suatu perusahaan dengan biaya rendah
Asumsi:
a. Hanya
ada 2 perusahaan dalam industry, satu diantaranya koperasi.
b. Adanya
pembagian pasar secara diam-diam dengan masing-masing memperoleh setengah dari
pasar yang ada ada.
c. Produk
yang dihasilkan homogen.
d. Salah
satu perusahaan mempunyai ongkos lebih rendah daripada yang lainnya.
2. Kepemimpinan
oleh suatu perusahaan besar (dominan)
Perusahaan besar menetapkan harga bagi
produknya dan membiarkan perusahaan-perusahaan kecil menggunakan harga yang
sama dalam menjual produknya.
Sebelum suatu koperasi masuk ke dalam pasar,
harga yang mengoptimalkan profit adalah P1. Jika koperasi mengurangi
harga sampai P2 (AC=AR) maka perusahaan A akan menderita
pengurangan profit.
Jika sebagai produsen dengan biaya rendah, perusahaan A mengurangi harganya
sampai P3, koperasi akan berproduksi dengan merugi dan tidak dapat
bertahan.
Sebagai produsen dengan biaya tinggi, adalah
bijak bagi koperasi untuk tidak memancing aksi pengurangan harga atas pesaing.
Mari kita bandingkan situasi ini (kemampuan rendah koperasi) dengan kasus di
mana koperasi dan pesaingnya, yaitu perusahaan oligopolistik yang memproduksi
suatu produk yang tidak dibedakan namun memiliki biaya produksi yang identik
(sebagaimana yang diindikasikan oleh kurva horizontal MC=AC yang sama).
Insetif untuk Melakukan Kolusi dalam Industri
Oligopoli
Untuk menelaah pengaruh koperasi, mari kita asumsikan bahwa sebelum masuknya
koperasi, para oligopolis berkolusi dalam rangka mengoptimalkan profit mereka.
Yang seharusnya terlibat dalam persaingan harga, malahan mereka secara
diam-diam mengkoordinasikan perilaku penetapan harganya untuk memperoleh profit
di atas tingkat persaingan.
Jika masing-masing perusahaan menentukan harga di P1 dan
menjual output sejumlah Q1 serta berkolusi untuk mencapai harga
P1, mereka bertindak seperti monopolis. Masing-masing perusahaan
mencari profit seoptimal mungkin (yang direpresentikan oleh daerah empat
persegi panjang abcd).
Sekarang, seandainya salah satu dari perusahaan itu (koperasi kami) memulai
kebijakan harga aktif, memotong harga sampai P2, koperasi akan
kehilangan seluruh penjualannya (ingat, bahwa produk identik hanya dapat di
jual pada harga yang sama). Perusahaan Y dapat bereaksi dengan mengurangi
harganya sampai P3, sekarang koperasi akan kehilangan penjualannya.
Proses timbal balik dari pengurangan harga ini dapat berlanjut sampai harga
dikurangi hingga ke P4 penetapan harga koperasi.
Hasilnya
adalah bahwa, seluruh profit monopoli telah dibersihkan, penjualan
dioptimalkan, anggota koperasi dan pelanggan perusahaan non-koperasi dapat
mewujudkan manfaat keuntungan yang setingi-tingginya.
Koperasi bukan hanya mempromosikan para anggotanya saja, tetapi juga seluruh
pengguna jasa dari produk koperasi yang bersangkutan.
Hasil yang bermanfaat ini (manfaat dari sudut pandang para pelanggan) adalah
memungkinkan, karena koperasi memiliki manajerial yang sama (biaya produksi)
dibandingkan dengan para pesaingnya.
Pengurangan Harga “Predatori”
Menjadi pendatang baru pada suatu pasar. Pengurangan harga “predatori”, yaitu
menjual produk pada harga dibawah biaya “Total average” (rata-rata total).
Koperasi yang kurang dilengkapi oleh sumber daya finansial dapat disingkirkan
dari persaingan, harga dapat naik lagi, serta kerugian temporal dapat diganti
oleh profit supra-normal (monopolistik) lagi. Efek koperasi atas kebijakan
harga aktif akan bernilai nol.
Kepemimpinan Harga
Jika koperasi dikelola untuk manfaat atau kepentingan anggota, koperasi dapat
menggunakan metode-metode yang lebih memiliki ciri-ciri tersendiri untuk
mengoptimalkan anggotanya seperti membayar SHU (patronage refund) maupun
memberikan pelayanan tambahan yang lebih baik (menggunakan persaingan
non-harga).
Salah satu cara untuk mencegah perang harga yang merusak koperasi, adalah
dengan ‘mengikuti pemimpin (harga)’ dalam menjual.
Kepemimpinan harga merupakan bentuk lain dari kolusi. Hal itu terjadi ketika
harga diubah oleh suatu perusahaan yang kemudian diikuti oleh perusahaan
lainnya dalam suatu pasar; terdapat beberapa perusahaan yang memimpin harga:
· Kepemimpinan
suatu perusahaan yang memiliki biaya rendah
· Kepemimpinan
suatu perusahaan besar (dominan)
· Kepemimpinan
harga barometik
Jika kepemimpinan harga memperkenalkan perusahaan-perusahaan untuk
berpartisipasi dalam mengoptimalkan profit, maka akan mudah bagi perusahaan
baru terutama bagi koperasi yang tidak berorientasi pada profit, untuk memasuki
pasar. Sejak lama, selama pemimpin harga tidak kehilangan kekuasaan dan
posisinya oleh koperasi yang memasuki pasar, ia mungkin akan toleran pada pesaing
barunya, selama koperasi mengikuti pemimpin harga tersebut.
Hal ini akan menjadi strategi yang rasional bagi koperasi untuk mengikuti
kepemimpinan harga, jika koperasi memasuki pasar dengan biaya awal lebih
tinggi, atau rendah dan oleh karena itu bersedia (de facto) mengikuti pimpinan
yang tak bisa dipungkirinya lagi itu.
Bagi sebagian besar koperasi yang memasuki pasar, mungkin hal ini merupakan
asumsi yang sangat nyata.
Rintangan
memasuki Pasar
Perusahaan baru yang akan masuk ke dalam
industri harus dirintangi karena ia akan merusak penggabungan oligopoli.
Rintangan itu dapat berupa rintangan yang natural seperti skala ekonomis,
differensiasi produk, ataupun yang artificial (buatan) seperti hak paten, hak
monopoli, dan lain-lain.
Rintangan yang dihadapi perusahaan baru untuk
memasuki struktur pasar oligopolistic, seperti:
1. Sanksi
hukum dari pemerintah, seperti hak paten, hak monopoli, hak cipta, dll.
2. Differensiasi
produk, artinya mencegah pesaing baru masuk dengan membeda-bedakan produk dari
kelompok produk yang sama berdasarkan jenis, merk, kemasan, dan lain-lain.
3. Keterbatasan
modal, pengetahuan, dan teknologi.
4. Ukuran
permintaan pasar yang terbatas.
5. Politik
harga yang ditetapkan oleh masing-masing perusahaan dalam pasar.
Hambatan Masuk Bagi Koperasi
Oligopoli mengasumsikan pendatang baru yang masuk itu terbatas / dibatasi.
Tanpa hambatan masuk, para pesaing baru akan memasuki pasar dan industri
tersebut akan cenderung untuk mendekati persaingan sempurna (dengan
produk-produk yang homogen) atau persaingan tidak sempurna (produk-produk yang
homogen).
Hambatan masuk bagi perusahaan-perusahaan baru ke dalam sruktur pasar
oligopolistik atau pasar monopolistik terdiri dari beberapa bentuk:
· Sanksi
hukum pemerintah (paten, kuota, hak monopoli / franchise),
· Ukuran
yang terbatas atas permintaan pasar dan skala ekonomi (hanya satu / beberapa
perusahaan saja yang mungkin mampu untuk menghasilkan profitabilitas dalam
pasar yang terbatas),
· Harga
yang terbatas.
Bagi koperasi, tiga bentuk yang terakhir disebut mungkin menjadi hambatan yang
paling serius untuk memasuki pasar oligopoli (atau monopoli).
Karena kekurangan modal dan / atau kemampuan manajerial maupun teknologi yang
rendah (keahlian, pengetahuan teknis, maupun pengalaman yang kurang), maka
kurva biaya koperasi akan berada dibawah kurva biaya perusahaan yang telah maju
di dalam pasar tersebut. Oleh karena itu, potensi masuknya koperasi ke dalam
kasus semacam itu tidak akan di anggap serius oleh perusahaan-perusahaan
tersebut.
Sulitnya koperasi merekrut personalia manajemen yang sudah berpengalaman, sudah
di kenal luas. Adanya kapasitas membayar gaji lebih tinggi dalam upaya menarik
para manajer dari perusahaan-perusahaan lain, tidak dapat dilakukan pada
sebagian kondisi koperasi karena sumber daya finansial yang kurang mampu dan
peluang karir menarik tampak tidak dapat dipenuhi oleh koperasi, bagi para
manajer professional.
Perusahaan-perusahaan baru umumnya maupun koperasi-koperasi pada khususnya,
harus membayar tingkat bunga yang lebih tinggi bagi perolehan sumber daya
finansial yang dibutuhkan bagi pembentukan perusahaannya.
Argumen skala ekonomis merupakan argumentasi umum dalam menjelaskan keunggulan
komparatif koperasi. Untuk menghindarkan kerancuan pendapat, dalam hal ini dua
situasi yang harus dibedakan:
1. Skala
ekonomi diwujudkan oleh perusahaan yang sudah ada sebelumnya dan tidak dapat
direalisasikan oleh perusahaan pendatang potensial (seperti halnya kasus
diatas).
Dalam situasi seperti itu, suatu koperasi dapat secara efektif ditekan
keberaniannya untuk memasuki pasar, oleh perusahaan-perusahaanyang sudah ada
terlebih dahulu.
2. Hanya
koperasi yang mampu merealisasikan skala ekonomi (yang lebih tinggi): Kurva ATC
koperasi dapat bergeser ke bawah dan membiarkan produksi output given manapun
pada biaya yang lebih rendah. Di sini, tentu saja koperasi dapat masuk dengan
amat mudah atas ketiadaan hambatan lain seperti sanksi hukum. Namun mengapa
koperasi harus memiliki keunggulan skala ekonomi ini disbanding dengan
perusahaan lain; merupakan pernyataan yang akan dibahas di bawah ini.
Model tradisional dari kepemimpinan harga dan hambatan masuk secara implisif
mengasumsikan bahwa pendatang ke dalam pasar merupakan perusahaan baru atau hanya
perusahaan kecil sehingga akan bersedia mengikuti kepemimpinan harganya.
Asumsi ini tidaklah nyata jika ditetapkan pada usaha kontemporer pada umumnya,
karena bagian yang penting dari memasuki pasar telah melibatkan perusahaan yang
terlebih dahulu ada itu. Namun, untuk koperasi, asumsi itu tampak sangat wajar,
terutama dinegara berkembang. Di sini, sebagian besar koperasi akan benar-benar
merupakan perusahaan baru yang memasuki pasar dan koperasi tersebut akan
dihadapkan pada hambatan masuk yang telah diungkapkan di muka.
Koperasi-koperasi itu benar-benar dapat dianggap sebagai perusahaan “bayi” yang
sering harus bersaing melawan perusahaan yang sudah ada lebih dahulu dan
berpengalaman di dalam kondisi “kesenjangan kemampuan bersaing” yang tidak
seimbang.
Penghalang
Masuk dan Integrasi Vertikal Koperasi
Koperasi yang memiliki kemampuan yang sama,
akan lebih mudah memasuki pasar oligopoli, karena:
1. Para
langganan lebih mungkin melakukan kontrak dengan perusahaan yang dimiliki
sendiri.
2. Para
anggota akan lebih bersedia/terbuka memberikan informasi penting mengenai
kondisi pasar yang bermanfaat bagi manajemen dalam meningkatkan kualitas
produk, periklanan, dan menekan biaya operasi.
3. Hubungan
yang lebih kuat antarperusahaan anggota dan loyalitas antara anggota dan
manajemen.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar